Nasabah Ngamuk Ingin Melempari Kantor MUI Dengan Telur Dan Pakaian Dalam Perempuan Karena Jadi Korban Sertifikat Halal MUI

Togel Online



Lakicasino - Pada Selasa siang tadi, kantor pusat MUI di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, digeruduk 80 orang yang menjadi korban investasi bodong GTIS.

AGENT JUDI TERPERCAYA - Mereka berasal dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Awalnya, mereka berencana berdemonstrasi.

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin berjanji membantu para nasabah korban PT Golden Traders Indonesia Syariah (GTIS) sampai mendapatkan kembali uang yang telah disetorkan.

 "Majelis Ulama Indonesia akan membentuk task-force untuk mendampingi forum nasabah GTIS," katanya saat menemui puluhan nasabah korban investasi bodong GTIS di kantor pusat MUI, Jakarta, Selasa, 18 Maret 2014.

Pembentukan tim pendampingan, menurut Din, merupakan bentuk tanggung jawab moral MUI yang telah menerbitkan sertifikat halal untuk GTIS pada 2011.

"Kami membuka diri, silakan mengadu, akan kami diskusikan untuk mencari penyelesaian terbaik."

Skandal penipuan GTIS terungkap setelah dua petinggi perusahaan investasi itu, Michael Ong dan Edward Soong, kabur meninggalkan Indonesia dengan membawa uang nasabah sejumlah Rp 1 triliun pada 2013.

Keduanya adalah warga negara Malaysia. Diduga ada ratusan nasabah GTIS di seluruh Indonesia yang menjadi korban

Adik Imam Santoso, 40 tahun, koordinator nasabah, menilai MUI terlibat dalam skandal ini. "Mereka harus bertanggung jawab," katanya. Imam yang geram dengan sikap MUI berencana melempari kantor MUI dengan telur dan pakaian dalam perempuan.

Para nasabah itu tiba di kantor MUI pukul 10.00 WIB. Adapun Din dan pimpinan MUI sedang menggelar rapat di lantai lima gedung MUI.

Din berjanji akan menerima nasabah GTIS seusai rapat. Namun, hingga pukul 13.00 WIB, tak ada tanda-tanda pimpinan MUI akan menemui para nasabah.

Karena tak sabar, para nasabah menyerbu masuk kantor MUI dan langsung naik ke lantai lima, tempat pimpinan MUI menggelar rapat.


Puluhan nasabah itu menunggu Din di depan ruang rapat. Berdesakan di lorong yang sempit dan pengap, mereka sabar menunggu.

Sejumlah anak yang dibawa orang tuanya menangis dan rewel karena kegerahan. Setengah jam kemudian, Din menemui mereka.

Dalam pertemuan itu, perwakilan nasabah menyampaikan unek-unek mereka. Sebagian nasabah menuduh MUI berperan dalam penipuan ini.

"Kami mendapatkan fakta, Yayasan Dana Dakwah Pembangunan yang dinaungi MUI menerima dana dari GTIS," ujar Roger, 45 tahun, salah satu nasabah. "PT GTIS juga mencantumkan pengurus MUI sebagai anggota direksi dan pengawas bidang syariah di perusahaan itu."

Adapun Santoso, salah satu nasabah, menilai gara-gara sertifikat halal MUI melekat pada bisnis GTIS, para nasabah percaya akan keamanan bisnis GTIS.

"Kami menanamkan modal dan membeli emas di GTIS karena ada label halal dan logo syariah MUI," katanya di depan Din dan para petinggi MUI. Tak hanya itu, surat invoice yang diterbitkan GTIS juga mencantumkan logo MUI. "Kami semakin yakin."

Din membantah tudingan MUI bersekongkol dengan GTIS.

"MUI sebatas menerbitkan sertifikat halal, berhenti sampai di situ," katanya.

Din meyakinkan nasabah itu bahwa MUI akan turun tangan dalam masalah ini. "MUI tak tinggal diam."

Adapun dugaan adanya aliran dana dari GTIS ke Yayasan Dana Dakwah Pembangunan MUI dan pemberian saham emas (gold-share) sebesar 10 persen ke yayasan itu juga ditampik Din.

"Kami sudah membekukan Yayasan Dana Dakwah Pembangunan karena yayasan itu tidak memperbaharui diri sejak 2011 silam, aliran dana dan saham dari GTIS pun kami tolak," ujarnya.

Sementara itu Ketua MUI Bidang Produk Halal Amidhan Shaberah yang juga hadir dalam pertemuan itu membantah dirinya punya peranan dalam kegiatan operasional GTIS ataupun menjadi anggota direksi perusahaan itu.

"Agustus 2011, saya diundang GTIS untuk meresmikan produk syariah mereka, itu saja," ujarnya.

Menurut Amidhan, GTIS telah memenuhi syarat syariah menjual produk emas. Amidhan sempat mengkonfirmasikan adanya rencana aliran dana dari GTIS ke yayasan di bawah MUI.

"Tapi pengurus MUI menolak," katanya. Amidhan mengatakan tidak mengenal kedua petinggi GTIS, Michael Oong dan Edward Soong.

Pada akhir pertemuan, Din berjanji, kelompok kerja yang dibentuk MUI untuk mendampingi para nasabah akan mulai bekerja pada pekan depan.

"Ayo pekan depan kita bareng-bareng ketemu Kepala Polri, silakan mengadu ke sana," katanya. "Kalau mau mendatangi kantor GTIS juga, insya Allah saya akan menemani."

0 komentar:

 
Design by http://4-jie.blogspot.com/ | Bloggerized by Fajri AlhadiAngka Jitu